Oleh : Kyai Ageng Khalifatullah Malikaz Zaman
Tak
bisa dipungkiri bahwa selama ini anugerah Allah SWT kepada kita tak terhitung
kuantitasnya, saking banyak dan beranekaragamnya. Namun sayangnya, Nikmat
tersebut ada yang kita sadari, tapi lebih banyak yang tidak kita sadari.
Karena
itulah, dalam upaya Silih Asih, Silih Asuh dan Silih Asah, maka ada baiknya melalui
tulisan ini, kita saling mengingatkan bahwa kita seringkali lupa bersyukur.
Yang
sering kali kita lupakan dan tidak kita syukuri adalah nikmat yang sudah biasa
kita dapat tiap detik; misal nikmat hidup, bernafas, sehat, bisa melihat, dan
lain sebagainya.
Pasalnya,
selama ini, mungkin sebagian besar dari
kita acapkali berasumsi bahwa nikmat hanya terbatas pada hal-hal materi semacam
uang, rumah, mobil, dan sejenisnya. Kita mensyukurinya, meskipun sering tidak
tepat di dalam mengekspresikannya.
Allah
berikan nikmat uang yang banyak, justru acapkali kita hanya cukup berucap “alhamdulillâh”,
lalu menumpuknya dan tidak mendermakan ke jalan kebaikan sama sekali. Bahkan
tidak jarang dibuat instrumen bermaksiat kepada-Nya. Na’ûdzubillah!
Yang lebih parah adalah kita melupakan dan tidak bersyukur
kepada penyebab utama kita bisa mendapatkan nikmat. Penyebab utama tersebut
adalah orangtua. Benar bahwa Allah yang memberi kita nikmat, karenanya kita
wajib bersyukur kepada-Nya.
Karena
itulah kita semua tersentak kaget atas usul, sekaligus pertanyaan saudara kita
dari Jambi, Pak Roni Yanda Pinta, SE pada Webinar yang diselenggarakan Majelis
Dakwah Al-Hikmah pada malam minggu lalu, Yakni Beliau bertanya, “Bagaimana Cara Kita Mengekspresikan Rasa
Syukur?”
Karuan
saja pertanyaan Pak Roni ini menghujam ke lubuk jiwa kita yang paling dalam,
sekaligus membuat jantung kita berdetak kencang. Pasalnya pertanyaan ini secara
tidak langsung Menyoal Ekspresi Syukur Kita selama ini. Sudah benarkah !?
Apakah kita pernah mengekspresikan rasa syukur? Berdasarkan
bisik-bisik tetangga, ternyata bentuk ekspresi bersyukur kita selama ini, pada
umumnya cenderung hanya dalam bentuk mengucapkan secara lisan kalimat syukur
kepada Allah.
Tapi, bagaimana semestinya kita mengekspresikan syukur? Mari
kita kaji simak firman Allah berikut ini : “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS
Ibrahim : 7)
Orang Islam pasti sangat familiar dengan firman Allah SWT
tersebut. Namun, pernahkah kita bertanya, bagaimana cara mengekspresikan rasa
syukur dengan benar sehingga Allah akan menambah nikmat yang
dianugerahkan kepada kita?
Apakah cukup bersyukur kepada Allah SWT itu dengan
mengucapkan, “Alhamdulillah.?”
Ternyata, rasa syukur tidak cukup hanya dieskpresikan
kepada Allah SWT. Sebagaimana hal tersebut ditegaskan oleh, Rasulullah SAW
menegaskan dalam sabda Beliau berikut ini : “Tidak
dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia.”
(HR Tirmidzi dan Abu Daud).
Sabda Nabi SAW tersebut mengingatkan kita,
bahwa Allah tidak menerima ungkapan syukur seseorang kepada-Nya apabila orang
tersebut tidak bersyukur dan kufur terhadap kebaikan orang lain, karena
keduanya saling terkait –sebab, tidak sedikit Allah memberi nikmat kepada kita
melalui orang lain.
Nah, bila kita cermati Sabda Nabi SAW di atas, maka semakin
sadarlah kita akan pentingnya ajaran Budi Luhur yang diwariskan oleh Nenek
Moyang kita. Ajaran tersebut, seakan mendapat pengesahan dari Sabda Nabi SAW
tersebut. Makna yang terkandung dalam nasihat dan ungkapan orang tua kepada
anaknya dapat dilihat dari segi budi luhur, budi pekerti, dan etika.
Misalnya
sebuah Pantun yang berbunyi:
Ada
ubi ada Talas
Ada
Budi ada Balas
Pantun tersebut mengingatkan kita bahwa Hidup ini penuh
dengan “saling berbalas budi”. Kalau kita merasa terbantu oleh
seseorang, secara etisnya kita merasa perlu membantu dia juga.
Begitu pula sebaliknya saat orang lain merasa terbantu oleh
kita, di kesempatan lain ia merasa harus membantu diri kita. Jika siklus itu
putus, ada saja drama yang akan timbul, biasanya.
Untuk itu, mari kita simak sebuah pantun yang sering
disampaikan oleh Guru Mursyid kita, Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak dalam
slide berikut ini (slide 3)
Pulau
pandan jauh di tengah
Di
balik Pulau angsa dua
Hancur
Badan di kandung tanah
Budi
Baik diingat juga
Agar dua pantun
seiring, saya sampaikan pantun selanjutnya:
Pisang
emas dibawa belayar
Masak
sebiji di atas peti;
Hutang
emas boleh dibayar,
Hutang
budi dibawa mati.
Marilah sadari betul bahwa ketika seseorang berbuat baik
pada diri kita, maka ia telah mengorbankan apa yang ada pada dirinya untuk kita
apakah berupa tenaga, pikiran, harta, perasaan, waktu, dan lain-lain.
Oleh karenanya, seseorang tersebut yang mencurahkan
semuanya itu untuk diri kita atau untuk apa yang kita sukai dengan hati yang
tulus, maka orang tersebut berhak
dibalas kebaikannya dan disyukuri pemberiannya.
Berterima kasih atas pemberian orang lain adalah perangai
terpuji. Semoga kita hendaknya menghiasi diri amal seperti ini. Amien Yaa
Rabbal ‘Aalamiin.
Lebih lanjut, Syaikh Inyiak Cubadak Menjabarkan bahwa setidaknya Ekspresi Syukur ada Lima, yakni :
- Bersyukur pada Allah, Tingkatkan Kualitas Ibadah
- Bersyukur Kepada Orangtua, Berbaktilah kepadanya
- Menggunakan Kesehatan untuk Jihad fi Sabilah
- Manfaatkan waktu untuk menambah ilmu
- Mendermakan harta di Jalan Allah
Bersyukur
pada Allah, Tingkatkan Kualitas Ibadah
Pertama tentu wajib bersyukur kepada Allah SWT. Sebagaimana
hal itu dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayyim:
“Syukur adalah
menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu
berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat.
Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui
anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah.”
Jadi, wujud syukur kita kepada Allah dengan meningkatkan
kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada-Nya.
Bersyukur Kepada
Orangtua, Berbaktilah kepadanya
Selanjut perlu kita sadari bahwa, ungkapan rasa syukur
tidak cukup hanya kepada Allah SWT melainkan juga harus bersyukur kepada orang
lain yang menjadi wasilah kita mendapat nikmat, utamanya orangtua.
Orangtua merupakan wasilah utama dan paling utama. Oleh
karena itulah, Allah SWT dengan tegas memerintah kita agar mengungkapkan rasa
syukur terhadap orangtua kita. Sebagaimana hal tersebut diperintahkan Allah dalam
firman-Nya, berikut ini
“Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman : 14).
Dalam ayat di atas dengan jelas Allah memerintah kita
bersyukur kepada kedua orangtua kita. Hal itu menegaskan bahwa tidak cukup
hanya bersyukur kepada Allah dan tidak bersyukur kepada orangtua.
Ekpresi syukur kita kepada Allah baru dikatakan sempurna
ketika kita sudah bersyukur dengan baik dan benar kepada orangtua kita.
Sebagaimana hal tersebut juga ditegaskan Rasulullah SAW dalam sabda Beliau: “Ridha Allah ada pada ridha kedua orangtua
dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orangtua.” (HR Tirmidzi).
Ekpresi syukur kita kepada Allah baru dikatakan sempurna
ketika kita sudah bersyukur dengan baik dan benar kepada orangtua kita.
Menggunakan Kesehatan
untuk jihad fi Sabilah
Menurut Imam al-Ghazali, ungkapan syukur kepada Allah swt
mencakup hati, anggota tubuh, dan lisan. Artinya, ketiganya mesti
mengekspresikan rasa syukur. Tidak cukup hanya salah satunya.
Karena itu, marilah kita gunakan hati, anggota tubuh, dan
lisan untuk berjihad di jalan Allah. Mumpung masih sehat dan kuat Yuk…kita bela
kaum tertindas, menyantuni Yatim dan Dhu’afa serta Memberdayakan masyarakat
yang termarjinal dalam pembangunan.
Menggunakan waktu untuk
menambah ilmu
"Demi waktu, sesungguhnya manusia
itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan saling nasehat-menasehati dalam menetapi kebenaran
dan nasehat-menasehati dalam menetapi kesabaran." (QS. AI Ashr [103]:1-3).
Waktu
adalah karunia yang sangat berharga. Betapa pentingnya waktu hingga Allah Swt.
bersumpah dalam AI Quran, "Wal
'Ashri (Demi waktu)", "Wadh
Dhuha (Demi waktu dhuha)", "Wal
Lail (Demi waktu malam)".
Waktu
adalah modal yang sangat besar untuk hidup kita. Setiap orang di dunia ini
mendapatkan modal yang sama yaitu 24 jam sehari, 168 jam seminggu, 672 jam
sebulan, dan seterusnya. Akan tetapi, mengapa kemudian ada orang yang sukses
dan ada yang tertinggal, ada yang beruntung ada dan ada yang merugi? Semoga hal
ini menjadi renungan kita bersama
Nah, agar kita tidak termasuk orang yang merugi marilah
kita manfaatkan sebagian waktu kita, untuk untuk
menambah ilmu, misalnya lewat Webinar
Mendermakan harta di Jalan Allah
Selanjutnya,
perlu kita sadari bahwa hartayang kita punya saat ini
sebenarnya bukanlah milik kita seutuhnya. Harta merupakan amanah dan titipan
dari Allah SWT. Tugas kita adalah menjaga dan membelanjakannya di jalan Allah.
Lalu bagaimana cara membelanjakan
harta di jalan Allah sebagai ekspresi syukur atas harta yang dititipkan-Nya itu?
Sebenarnya ada berbagai cara untuk
membelanjakan harta yang Allah titipkan ini di jalan-Nya. Allah telah
menjelaskan dalam satu firman-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan
suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? (yaitu)
kalian beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang
lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui.” (QS. Ash-Shaf 10-11).
Manifestasi
dari jihad dengan harta adalah dalam bentuk infaq dan sedekah. Pengertian umum
jihad harta adalah menyumbangkan harta dalam segala bidang kebaikan yang
mengantarkan keridhaan kepada Allah seperti membantu fakir miskin, membangun
masjid dan lain-lain.
Intinya
adalah setiap sumbangan harta yang manfaatnya dapat dirasakan sebagian kaum
muslimin atau perseorangan.
Marilah
kita gunakan harta kita di Jalan Allah. Sekurangnya dengan menyumbang
Rp.100.000,- setiap Jum’at melalui Rekening Berikut ini.
Rekening No :
0537.01.000158.56.3. a/n : Dewan Kemakmuran Masjid Baiturrahman Bank BRI KCP
Cikarang, atau Rekening No : 1
0 4 7 8 1 1 7 3 9. a/n : Yayasan Hikmah Nusantara Damai. Bank BRI SYARIAH KCP
Jambi .
Demikianlah uraian singkat yang dapat saya
sampaikan dalam upaya berbagi pengalaman tentang Cara Mengekresikan Syukur atas segala Rahmat, karunia dan nikmat yang
sudah diberikan Allah kepada kita semua.
Semoga para Ikhwan dan Akhwat Majelis
Dakwah Al-Hikmah dan para hadirin yang hadir dalam Webinar kita malam ini dapat
merasakan dahsyatnya khasiat kekuatan Kekuatan
Syukur dalam hidup. Sehingga dapat mengubah kualitas hidup kita menjadi
lebih baik lagi.
Semoga Allah Melindungi kita semua dan
senantiasa memberikan Petunjuk-Nya dalam upaya kita berjihad di jalan-Nya dalam
membela Kaum tertindas, Menyantuni Yatim dan Dhu’afa serta Memberdayakan
masyarakat yang termarjinalkan dalam pembangunan.
Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin
Wa a'fu Minkum
Wassalamu'alaikum. Wr.Wb.
Silakan Kunjungi,
Subscribe, Like dan Share Link Majelis Dakwah Al-Hikmah (MDA):
AMPUHYA TERAPI SPIRITUAL : https://youtu.be/hIVC2JTxGyo
Shalat Menyehatkan : https://youtu.be/rXHFyrVyU4s
Zikir Menyembuhkan : https://youtu.be/S4DzPPW2kno
Do'a Yang Menyembuhkan : https://youtu.be/s_IRVoffS_8
Ruqyah dengan Wirid Al Hasyr:
https://youtu.be/Pw7Qq3MGDFY
NIKMATNYA HIDUP SEHAT BERSAMA AL-QURAN : https://youtu.be/_jYuY9xSZDY
SOLUSI SPIRITUAL Atasi Krisis Keuangan : https://youtu.be/_fMmveHRQ8o
https://vt.tiktok.com/ZSJFgsocp/
https://www.skjenius.com/2020/12/sehat-tanpa-obat-sembuh-dengan-kekuatan.html
Sehat Tanpa Obat Berkat Dahsyatnya
Khasiat Shalat Tahajud -
http://www.mdacare.id/2021/01/sehat-tanpa-obat-berkat-dahsyatnya.html
Nikmatnya Hidup Sehat Bersama
Al-Qur'an | https://www.majelisdakwahalhikmah.com/2021/02/oleh-kyai-ageng-khalifatullah-malikaz.html
Contact Person :
Suhu Rosi Wibawa, S.Kom – 089505793048
Amel Zamri, SE – 087744099105
Nita Yuliana – 085210132089
Posting Komentar