Oleh : Kyai Ageng Khalifatullah Malikaz Zaman
Majelisdakwahalhikmah.com,
Cikarang.— Di tengah pandemi COVID-19 yang belum
mereda, tentunya ada diantara kita yang cemas dan gelisah? Mungkin, diantara
kita ada yang merasa gagal mendapatkan sesuatu sesuai dengan yang kita ingin
atau sesuai dengan yang kita rencanakan, dari sana kita kerap kali kecewa dan
merasa tak bersyukur. Padahal, jangan Anda lupakan bahwa segala sesuatu yang
kita hadapi hari ini berasal dari Allah, dan semua yang kita miliki hanyalah
sebuah titipan.
Meskipun begitu kita
tidak boleh patah semangat dan menghukum diri kita dengan kekecewaan yang
berlebih. Kamu perlu bersyukur kepada Allah akan segala yang dilimpahkan.
Semoga di tahun 2021 ini, kita mendapatkan apa yang selama ini kita
cita-citakan. Semoga kita semua punya semangat baru dan energi yang pula.
Untuk itu, marilah dalam
pertemuan kita malam ini, kita bersama, berupaya Menyingkap Rahasia Keajaiban
Syukur Bagi Kesuksesan dan Kelancaran Rezeki. Yakinlah! Jika kita
bersyukur, maka hidup kita akan berujung makmur.
Bersyukur kepada Allah
dan berterimakasih kepada sesama membuat hidup kita lebih berarti. Hampir semua
orang mengetahui hal ini, namun tidak semua orang melakukannya. Tahukah kita
bahwa kekuatan rasa syukur itu lebih besar dari apa yang pernah kita bayangkan?
Ketika Bersyukur kepada
Allah, maka Allah akan Tambahkan Nikmat itu Menjadi Semakin Banyak. Sebagai
manusia, kita mesti bersyukur atas segala nikmat yang telah kita dapat. Menjadi
hamba Allah yang pandai bersyukur, jelas memberi peluang besar pada tercapainya
kebahagiaan hidup dan kemakmuran termasuk pada tercapainya rasa kenikmatan yang
langgeng. Jangan sampai malah kufur nikmat. Sebab, jika berani kufur, ancaman
siksa telah siap menanti.
“Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Qs.
Ibrahim: 7).
Bersyukur
merupakan kata yang paling sering diucapkan orang-orang, baik itu untuk
mengingatkan seseorang atau sebagai kalimat penenang bagi diri sendiri.
Namun, faktanya tak
banyak orang yang benar-benar bisa mengimplementasikan rasa syukur itu
pada dirinya. Masih banyak ditemukan orang-orang yang mudah mengeluh dan dilema
pada kehidupan yang sedang dialaminya.
Sehingga kata 'bersyukur'
seperti suatu kalimat pengingat sementara namun tak sarat makna. Padahal jika
benar-benar diterapkan dalam hidup, akan banyak mendatangkan banyak manfaat
bagi diri sendiri.
Nah, untuk memahami makna
Syukur lebih mendalam, mari kita firman Allah berikut ini. "Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan
jin dan manusia. Mereka memiliki hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
memiliki mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai."
(Al-A'raf: 179)
Dalam firman-Nya tersebut di atas, Allah menjelaskan tentang Tiga Ciri Manusia Tidak Bersyukur, yaitu :
- Punya Hati, tapi Tidak Dimanfaatkan untuk Memahami Petunjuk Allah
- Punya Mata, tapi Tidak Dipakai untuk Melihat Ayat-ayat Allah
- Punya Telinga, tapi Tidak Digunakan untuk Mendengar Firman Allah
Naudzubillah min Dzalik!
Semoga kita semua terhindar dari sikap dan perbuatan yang dimurkai Allah ini.
Semoga Allah memberi
Hidayah dan Kekuatan kepada kita semua agar dapat bersyukur atas segala
karunia-Nya, terutama Hati (Qalbu), Mata dan Telinga. Sehingga kita tidak
menyerupai binatang ternak, dan tidak lebih sesat lagi karena kelalaian kita.
Untuk itu, marilah kita
Manfaatkan Qalbu kita untuk Memahami Firman Allah, baik yang tersurat,
tersirat, terserak dan tersuruk dalam Kitab Suci, di jagad raya dan di dalam
diri kita sendiri.
Marilah kita pakai mata
kita untuk Melihat Ayat-ayat Allah, baik yang tercantum dalam Al-Qur'an,
tersebar di alam semesta dan yang ada dalam tubuh kita sendiri.
Marilah kita gunakan
Telinga, untuk Mendengar Petunjuk Allah, ketika Al-Qur'an dibaca maupun yang
disampaikan-Nya langsung kepada kita melalui ilham ke dalam batin kita sendiri.
Selanjutnya mari kita
simak sabda Nabi SAW yang menerangkan tentang Lima Peluang yang dapat menunjang
kesuksesan dan kelancaran rezeki :
"Manfaatkanlah
lima pelung sebelum kamu kedatangan lima perkara (demi untuk meraih keselamatan
dunia akhirat). Yakni Masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Sehatmu
sebelum datang sakitmu. Masa kayamu sebelum datang faqirmu. Waktu luangmu
sebelum waktu sibukmu. Masa hidupmu sebelum datang kematianmu".
(HR Al-Hakim).
1.
Muda Sebelum Tua
Masa muda adalah masa
paling istimewa dalam fase kehidupan manusia. Banyak hal yang bisa dilakukan
dan memungkinkan seseorang menghasilkan karya yang bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain dengan dukungan kekuatan fisik, kecemerlangan berpikir, lantang
bersuara, dan ketangkasan bertindak.
Kaum millennial merupakan
kaum muda yang diharapkan dapat mencapai cita-cita dan menjadi generasi penerus
bangsa. Tetapi kecenderungan saat ini, kaum millineal justru identik dengan
kaula muda yang lebih mementingkan pemenuhan gaya hidup dibanding pemenuhan
untuk masa depan jangka menengah, apalagi jangka Panjang.
Di usia muda, seharusnya
Anda bisa memiliki pengalaman yang nantinya akan menjadi cerita untuk hidupmu
di masa depan. Generasi Muda Harus Berkarya dan Berprestasi. Karya dan prestasi
akan dibingkai sebagai catatan perjalanan hari ini dan ke depan dengan
kerja-kerja produktif demi meraih cita-cita dan harapan akan masa depan yang
lebih baik
Nah, gimana nih sobat
kaum millenial? Bagaimanapun sedia payung sebelum hujan pilihan tepat sebelum
kehujanan ketika hujan datang menerjang. Nah kalau seperti ini, tentu kamu akan
memiliki masa muda penuh dengan cerita dan masa tua yang pastinya bahagia.
2.
Sehat Sebelum Sakit.
Memanfaatkan waktu saat
diberi nikmat sehat untuk memperbanyak amal ibadah dan kebaikan
sebelum datang waktu sakit. Sehingga kelak tidak menyesal saat hari kebangkitan
(kiamat) dengan membawa bekal amal yang cukup.
Hal ini juga anjuran agar
kita senantiasa waspada pada segala kemungkinan yang sifatnya diluar prediksi
manusia, seperti halnya sakit. Sakit disini bukan sebatas sakit jasmani, tapi
juga sakit rohani. Maka ketika kita sehat jasmani-rohani, hendaknya kita
senantiasa mempergukannya untuk hal-hal yang bermanfaat tanpa mengulur-ngulur
waktu.
3.
Kayamu Sebelum Miskin
Imam Ghazali menjelaskan
makna dari memanfaatkan masa kaya ini untuk memperbanyak sedekah kepada fakir
miskin dengan harta yang dimiliki, sehingga tidak menjadi fakir di dunia dan
akhirat nanti.
Penyakit orang modern
adalah hedonisme. Mereka hidup berfoya-foya, lupa kepada Allah dan
lupa mengembalikan rezeki dari Allah. Lalu, konsumerisme yaitu
memiliki uang dan belanja terus, tapi untuk zakat, infak, dan sedekah
susah sekali. Selanjutnya adalah materialisme. Yakni semuanya
dihitung memakai materi.
Jika saat kaya sudah
malas sedekah, jangan harap ketika miskin bisa keluarkan harta untuk jalan
kebaikan. Alangkah miskinnya, kita, jika pada saat ini tak mau bersedekah agak
Rp. 50.000, setiap Jum’at.
Maka, sangat luar biasa, ada Jamaah Majelis Dakwah Al-Hikmah yang bersedekah justru pada waktu susah atau kekurangan. Inilah sedekah yang paling tinggi ganjarannya. Al-Qur’an menyebutkan bahwa tanda orang bertakwa itu mampu berinfak di waktu lapang dan sempit. “(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit.” (QS. ‘Ali ‘Imran: 134
Jadi, orang yang
bersedekah di waktu lapang itu biasa. Tetapi, bersedekah di waktu susah itu
luar biasa.
4.
Waktu Luang Sebelum Sibuk
Manfaatkanlah waktu luang
ketika di dunia sebelum sibuk dengan kengerian hari kiamat yang tempat awalnya
di alam kubur. Sehingga selamat dari siksa dan kehinaan.
Jika ada waktu luang
enggan mempelajari ilmu agama, jangan harap saat sibuk bisa duduk atau
menyempatkan diri untuk meraih ilmu.
Disini kita dianjurkan
untuk menghargai waktu, agar bisa diisi dengan hal-hal yang bermanfaaatbaik
untuk diri sendiri maupun orang lain. Misalnya, menengok saudara ketika ada
kesempatan sebelum kesibukan menghampiri kita, hingga tidak sempat lagi untuk
sekedar mengunjungi kerabat. Memanfaatkan masa luang dengan melakukan aktivitas
yang bermanfaat.
5.
Hidup Sebelum Mati
Manfaatkanlah amal selama
masa hidup di dunia sebelum datang kematian. Yakni dengan banyak beramal dan
ibadah. Sebab, orang yang sudah mati terputus amalnya dan nyata penyesalannya.
Nah, mumpung kita masih
hidup. Marilah kita sykuri kehidupan ini dengan memperbanyak amal shaleh. Mari
kita berlomba dalam berbuat kebajikan. Karena jika sudah mati anak Adam,
terputuslah semua amalnya. Kecuali tiga hal, yaitu, “Idza matabnu aadama ingqata'a 'amaluhu illa min tsalaasin: shadaqatin
jariatin au 'ilmin yuntafa'u bihi au waladin shaalikhin yad'ulah.”
Yang artinya, “Apabila telah mati anak adam, maka
terputuslah amalnya kecuali tiga hal, shodatin jariyatin, shodaqoh jariyah.
Aulilmin yuntafau, ilmu yang bermanfaat. Awaladin sholihin yadulah, anak sholeh
yang selalu mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim)
Nah, sekali lagi, mumpung
masih hidup, mumpung kematian belum datang menghampiri kita, mumpung kesempatan
ini masih ada bersegeralah jangan menunda-nunda lagi. “Bersegeralah kalian kepada ampunan Rabb kalian dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang
bertakwa,” (Ali Imron (3) :133). Wallahu a’lam.
Bapak dan Ibu serta para
Ikhwan dan Akhyat yang dikasih sayangi Allah. Mungkin selama ini kelima peluang
tersebut di atas kita tidak sadar keberadaannya. Sehingga kita pun tidak merasakan
hasilnya. Namun, kebanyakan orang baru akan menyadarinya dan berbuntut
penyesalan setelah lima perkara itu yakni, muda, sehat, kaya, waktu
luang dan hidup hilang.
Karena itu, Muslim
dituntut untuk memanfaatkan waktu atau nikmat dan karunia yang diberikan Allah
di dunia ini untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dan ibadah. Fastabiqul Khairat!
Jadi Hakikat Syukur itu
adalah, “Bagaimana kita menggunakan dan memanfaatkan seluruh Rezeki dan Karunia
Allah, baik lahir maupun batin sesuai denga Petunjuk-Nya dalam upaya kita
meningkatkan Kualitas Ibadah kita Kepada Allah.”
Itulah sesungguhnya makna
bersyukur pada Allah. Semoga Allah berkenan memberi petunjuk dan Kemudahan
kepada kita semua agar bisa Bersyukur setiap saat atas segala Rahmat, Karunia
dan Berkah-Nya. Hanya dengan taufik dan kemampuan yang diberikan-Nya lah kita
dapat melakukannya.
Aamiin Yaa Rabbal Alamin!
Wa a’fu Minkum. Wassalamu'alaikum.
Wr.Wb.
Posting Komentar