Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Alhamdulillah.
Wa Syukran Lillah. Wa Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Billah.
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ
لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
“Rabbish
rahli sadri. Wayassirli amri. Wahlul uqdatam millisani. Yafqahu qauli.”
“Wahai
Rabb-ku, lapangkanlah bagiku dadaku, dan mudahkanlah bagiku urusanku, dan
lancarkanlah lidahku supaya mereka faham ucapanku.” (QS.
Taha : 25-28).
Para, Ikhwan dan akhwat yang
Dikasih Sayangi Allah. Belakangan ini sebagian dari kita, mungkin hidup dalam
kerisauan! Tak bisa
dinafikan, pandemi Covid-19 telah mengguncang setiap lini kehidupan rakyat
Indonesia. Parahnya lagi, perekonomian di Tanah Air sudah terperosok ke jurang
resesi. Padahal, sampai hari ini, eskalasi pandemi terus meningkat. Entah kapan
akan berakhir?
Dampaknya bisa saja lebih
jelek dari kondisi saat ini jika kita tidak meresponsnya dengan tepat
untuk membebaskan bangsa ini dari risiko. Turunnya volume
perdagangan internasional atau berhentinya bank memberikan kredit karena
terancam tingginya kredit bermasalah, termasauk risiko-risiko yang sangat
perlu diantisipasi. Di sisi lain, ancaman gelombang pemutusan hubungan
kerja (PHK) dan risiko kelangkaan pangan bisa menciptakan masalah sosial.
Sehubungan dengan hal tersebut
di atas, Majelis Dakwah Al-Hikmah (MDA) menyelenggarakan Webinar bertajuk
"Bagaimana Merasakan Kehadiran
Allah Dalam Kehidupan Kita?"
Tajuk yang kita bahas dalam
webinar ini, sekaligus menjawab pertanyaan seorang ikhwan, "Ketika kita dalam kesulitan keuangan saat menghadapi resesi
ekonomi di tengah Prahara Covid-19 ini, bagaimana kita dapat merasakan
kehadiran Allah yang sedang mendekat?"
Insya Allah melalui kajian ini,
para pemirsa dapat memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut di atas. Sekalipun
cukup sulit untuk menguraikannya karena hal ini terkait dengan pengalaman
keimanan
dan rasa.
Namun demikian, setidaknya setelah mengikuti kajian malam ini sampai tuntas,
para ikhwan dan akhwat akan punya gambaran, bagaimana merasakan Kehadiran Allah
Dalam Kehidupan kita.
Jadi, merasakan kehadiran
Allah ini adalah pengalaman iman. Mungkin banyak orang yang berkata, dia
beriman kepada Allah. Tapi soal merasakan Kehadiran Allah Dalam
hidupnya belum tentu dia pernah merasakan atau mengalaminya dengan sadar. Maka,
setiap orang mempunyai pengalaman serta rasa yang berbeda-beda saat merasakan
kehadiran Allah.
Karena itulah, jika ditanya
bagaimana dapat merasakannya, maka hal yang paling mendasar yang dapat kita
lakukan adalah berdo'a. Dengan berdo'a kita seperti membuka pintu,
hubungan kita dengan Allah menjadi terbuka dan “nyambung”.
Namun, dari pengalaman yang
pernah ada biasanya orang baru nisa merasakan kehadiran Allah yang mendekat, saat
sudah melalui masalah tersebut. Mereka berefleksi, dan mengingat rangkaian
peristiwa yang ada, lalu menyadari bahwa Ternyata Allah ikut serta mengatasi
masalah tersebut.
Kita
Tidak Pernah Sendiri. Allah Selalu Mendampingi
Bagi Umat Islam, khususnya
para ikhwan dan akhwat Majelis Dakwah Al-Hikmah , kisah tentang wabah penyakit,
kesulitan ekonomi dan keuangan, boikot dan penindasan bisa kita jumpai dalam
Al-Qur'an dan Sunnah.
Kisah Nabi Musa adalah
yang paling banyak diceritakan di dalam Alquran. Nama Nabi
Musa di Alquran disebut sebanyak 136 kali. Dari perjalanan Nabi Musa
pada akhirnya diketahui bahwa Allah SWT tidak menyukai
perbuatan sewenang-wenang ataupun yang menganiaya orang lain. Itu
sebab satu diantara perintah Allah kepada Nabi Musa A.s adalah melawan
Raja yang berkuasa pada zaman itu, Firaun.
Dikisahkan, sekitar 15 abad
Sebelum Masehi (15 BC) Allah pernah membebaskan bangsa Israel setelah
ratusan tahun jauh dari tanah leluhur mereka ketika tinggal di wilayah
bangsa Mesir. Namun sebelum itu, Nabi Musa As dan umatnya, mengalami
cobaan dan tantangan hidup yang sangat pelik. Dampak sosial, budaya, politik
maupun ekonominya bisa kita tafsirkan kurang lebih sama seperti dampak pandemi
Covid-19 yang saat ini tengah kita hadapi.
Saat itu, Allah menunjukkan
kebesaran-Nya dengan tidak saja mendengarkan keluhan dan tangis
orang tertindas. Lebih dari itu Dia membebaskan hamba-Nya yang punya
kerinduan besar untuk menuju dunia dan hidup baru, menuju tanah yang
dijanjikan Allah, di bawah pimpinan Nabi Musa A.s.
Dalam Alquran surat Al-Baqarah
ayat 50 disebutkan, "Dan (ingatlah),
ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan
(Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan."
Nah, dari Kisah Nabi Musa A.s
tersebut di atas, kita sebagai seorang Muslim, harus selalu percaya dan yakin
kepada Allah SWT. Dia akan menolong hamba-Nya saat menghadapi kondisi yang sulit.
Mungkin, ini adalah misteri dan keajaiban dan kita belum bisa benar-benar
memahaminya. Meskipun demikian, itu benar dan pasti.
Jika Anda belum mengalaminya, mintalah!
Mohonlah supaya Allah hadir ke dalam hidup Anda dengan begitu jelas sehingga
Anda bisa melihatnya dan merasakannya. Allah hadir dalam kehidupan kita.
Dia tak terlihat karena Maha gaib. Namun, kita bisa merasakan kehadiran-Nya, pada diri kita, pada diri orang lain, juga pada lingkungan; tetumbuhan dan hewan-hewan, serta lebih luas alam semesta. Dia melihat semua makhluk-Nya. Allah berfirman, "Dan Dia adalah beserta kamu di mana saja kamu berada." (QS al-Hadid : 4).
Merasakan
Kehadiran Allah saat Dapat Ujian Hidup
Allah yang Menciptakan kita
dan kepada-Nya kita mengabdi adalah Allah yang Maha Hadir dalam kehidupan kita.
Allah itu, Maha Kuasa, sehingga tidak terbatas ruang dan waktu. Dia hadir dan
menyertai kita bukan saja di saat-saat suka tapi juga di saat-saat duka.
Namun berbicara hal “merasakan
kehadiran Allah” adalah hal yang eksklusif dan menguatkan iman yang
dirasakan oleh orang-orang yang mengenal-Nya. Mengapa eksklusif?
Karena kebenaran mutlak bahwa
Allah Maha Hadir, mungkin tidak mampu diyakini dan dialami oleh semua orang.
Hanya orang-orang pilihan-Nya dan mereka yang hidupnya "manunggal"
dalam Iradat dan Qudrat-Nya.
Yaitu mereka yang hidup sesuai
dengan Petunjuk-Nya. Mereka inilah yang atas Izin-Nya yang sungguh dapat
merasakan kehadiran Allah dan campur tangan Allah dalam setiap detil
kehidupannya.
Pada umumnya, kita memahami “merasakan
kehadiran Allah”, pada saat kita sedang hening dalam suasana teduh,
berdo'a sendiri di dalam kamar, saat melakukan zikir, berdo'a atau saat mengaku
dosa, dan lain-lain. Dengan kata lain, kita merasakan kehadiran Allah lewat
ritual-ritual ibadah yang sering kita lakukan.
Memang hal ini benar adanya karena saat-saat khusuk biasanya kita dapat “lebih merasakan” kehadiran Allah, ada perasaan damai sejahtera, sukacita, ketenangan, dan lain-lainnya. Untuk itu setiap orang beriman penting menyediakan waktu yang berkualitas dengan Allah yang bukan sekedar aktivitas ritual yang rutin semata, namun menghayati dan menikmatinya penuh pasrah diri pada-Nya.
Merasakan kehadiran Allah adalah hal yang eksklusif, dan menguatkan iman artinya hal ini bukan sekedar apa yang kita rasakan atau mungkin situasi yang membuat kita terhanyut dalam emosi. Misalnya, suasana ibadah yang sangat mengesankan sehingga kita mengklaim kita merasakan kehadiran Allah tapi setelah kita kembali dalam kehidupan kita sehari-hari, kita lupa apa yang kita rasakan, kita lupa apa yang kita do'akan, semuanya tertinggal di tempat ibadah.
Merasakan kehadiran Allah adalah impact dari sikap hidup dan komitmen kita untuk tetap Istiqamah berada di dalam Kehendak (Iradat) serta berserah pada Kuasa (Qudrat)-Nya. Merasakan kehadiran Allah dalam ritual-ritual ibadah adalah baik, namun hendaknya kita sebagai orang percaya merindukan suasana yang lebih tinggi lagi yaitu merasakan kehadiran Allah secara nyata lewat pengalaman rohani bersama Allah.
Coba kita renungkan sejenak,
tafakkurlahlah, "Mengapa hari ini kita menghadapi kesulitan ekonomi dan keuangan
di tengah jepitan pandemi Covid-19?"
Silakan refleksi diri dan
rasakan, bukankah, selama delapan bulan ini, sekalipun kita menghadapi berbagai
problema kehidupan yang sulit, namun sampai hari ini ini masih hidup dan bisa
mengatasi masalah satu persatu. Siapa
yang menolong kita, siapa yang memelihara kita, siapa yang memberi kita
petunjuk, kalau bukan Allah?
Semoga melalui renungan,
tafakkur dan refleksi diri ini, kita bisa kita merasakan bahwa Allah
hadir dalam hidup kita, menolong kita dalam menghadapi situasi dan kondisi yang
kita hadapi saat ini, di tengah jepitan pandemi dan ancaman resesi ekonomi.
Maka, pada saat-saat seperti
itu, kita bukan hanya merasakan kehadiran Allah tapi iman kita juga makin
diteguhkan oleh Allah. Kita dapat melewati saat-saat yang sulit dalam kehidupan
kita dan dimampukan-Nya mengucap syukur dengan tulus kepada Allah.
Sungguh menakjubkan pada saat
kita merasakan bagaimana Allah hadir sepenuhnya dalam hidup kita. Inilah yang
Nabi SAW sebut sebagai ihsan.
"Ihsan
adalah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tak
melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu." (HR
al-Bukhari dan Muslim).
Jika merasakan kehadiran
Allah, kita akan selalu berada di jalan kebaikan dan menjauhi jalan keburukan.
Karena Kita selalu merasa berada dalam pengawasan Allah. Inilah yang disebut
oleh Guru Mursyid kita, Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak sebagai Muraqabah,
merasa selalu diintai oleh Allah.
Semoga Allah, melidungi kita
semua, memberi kemudahan dan kelancaran dalam segala upaya kita keluar dengan
Selamat dan Sukses dari Kemelut Ekonomi dan Keuangan ini. Aamiin Yaa Rabbal
Alamin!
Wassalamu'alaikum. Wr.Wb.
Kyai Ageng Khalifatullah
Malikaz Zaman
Posting Komentar