Tasawuf Transformatif sebagai Solusi Problematika Manusia Modern

 

Islam mempunyai visi rahmatan lil ‘alamin. Ajarannya mengarahkan penganutnya pada jalan yang memberi kemaslahatan diri sendiri, orang lain, serta lingkungan. Dengan visi itu, jika ada persoalan umat maka Islam harus melakukan upaya transformatif untuk mengatasi persoalan umat. Islam diturunkan sebagai petunjuk dan rahmat untuk membebaskan manusia dari semua bentuk perbudakan atau penghambaan yang melawan nilai-nilai teologis dan nilai-nilai dasar kemanusiaan.

Jika di dalam beribadah hubungan dengan Allah adalah hakikatnya maka hubungan dengan masyarakat adalah manifestasi atau penjelmaannya. Mencintai Allah adalah hakikat, tetapi seseorang tidak akan sampai pada hakikat sebelum kecintaannya kepada Allah itu direalisasikan dengan cara mencintai makhluk-makhluk-Nya. Bukti mencintai Allah adalah mencintai makhluk-Nya, sedangkan bukti mencintai makhluk-Nya adalah mengulurkan kemungkinan-kemungkinan yang mampu mengembangkan diri dan kehidupan mereka.


Anda bisa merasakan keberadaan yang sedang berbicara dengan diri adalah momentum pengalaman berjumpa dengan-Nya. Allah dalam kesadaran spiritual punya beberapa tataran. Untuk mengenali tataran yang paling tinggi, kita harus memulai dari yang paling sederhana. Tradisi spiritual universal berkata bahwa jika engkau mencari Allah, carilah di dalam dirimu sendiri. Maka kenalilah dirimu agar kamu dapat mengenal Rabb-mu, Man ‘Arafa Nafsahu faqad ‘Arafa Rabbahu.


“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,”(QS. Ar-Ra’d:11).


Saat kita bertawajjuh pada-Nya, Allah akan memberi Pencerahan dan Petunjuk agar kita dapat bertransformasi menjadi diri kita yang sejati (sejatining manungso). Evolusi kita menuju kesempurnaan jiwa yang ditandai dengan kemurnian sehingga di dalamnya tumbuh kualitas Ilahiyah. Kualitas Ilahiyah tersebut ada kaitannya dengan aktivasi lathifah-lathifah Anda yakni, (1) kasih murni, (2) keselarasan, (3) kekuatan cipta, (4) keberlimpahan, (5) kekuatan kata, (6) kecerdasan, dan (7) kebijaksanaan. 


Kualitas Ilahiyah tersebut membuat hidup Anda penuh, ketentraman (muthma’innah), keindahan dan keagungan. Untuk menjadi jiwa muthma’innah tidak mungkin terjadi tanpa kekonsistenan di dalam kemurnian, yakni konsisten di dalam keheningan dan ketentraman. Anda juga harus memastikan diri untuk bisa melampaui semua sisi gelap dalam diri.


Saat berzikir, kita bisa menjangkau dimensi yang tinggi. Tetapi, pengalaman tersebut harus kita bawa ke bumi. Sebagaimana Rasulullah SAW telah mencapai  Puncak perjalanan Fisik  dan  Spiritual saat Isra’ Mi’raj. Beliau SAW telah sampai di Hadhirat-Nya. Namun beliau kembali turun ke bumi untuk selanjutnya membangun peradaban.


Jadi, tujuan laku spiritual (Riyadhatun Nafs) dalam Persfektif Tasawuf Transformatif adalah memproses kesadaran Anda terus bertumbuh yang memberi dampak pada tataran real atau material. Hidup Anda seolah ada di surga (Baiti Jannati). Insya Allah, Anda tidak menjadi rekoso atau sengsara. Hidup Anda santai, tapi pasti. Hidup Anda penuh keberlimpahan. Bukan hanya banyak uang, melainkan kebutuhan Anda selalu terpenuhi. Anda selalu ada dalam kebahagiaan sejati.


Membangun Kesadaran Diri terhadap Alam Semesta dan Umat Manusia


Guru Mursyid kita, Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak dan KH. Muhammad Zuhri sebagai penganjur Tasawuf Transformatif senantiasa mengingatkan, Tasawuf Trasformatif merupakan satu bentuk ajaran sufi atauThariqat yang berpijak pada ruh dan nilai-nilai ajaran fundamental tasawuf yang ditampilkan sesuai dengan konteks masanya, dan didiskusikan dengan persoalan-persoalan manusia.  dalam menghadapi dinamika kehidupan.  


Kehidupan modern telah menyebabkan masalah keterasingan.  Tentu saja, keterasingan tidak hanya terjadi dalam dimensi individu (kesadaran diri) manusia (alienasi kesadaran), tetapi juga terjadi dalam hubungan mereka dengan alam (alienasi ekologis), dan hubungan antar manusia (alienasi sosial). Titik relevansinya adalah bagaimana manusia kemudian mampu membangun kesadaran dirinya terhadap alam semesta dan saudara-saudaranya.  


Kesadaran tersebut kemudian dikontekstualisasikan ke dalam dimensi permasalahan manusia modern.  Kontekstualisasi ajaran sufi ini menjadikan tasawuf transformatif tidak hanya aktual, tetapi juga relevan untuk “membebaskan” manusia modern dari belitan berbagai persoalan yang dihadapinya.  Karena itulah semangat tasawuf yang dibawa oleh Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak dan KH. Muhammad Zuhri sarat dengan tindakan sosial dan aspek kemasyarakatan.


Saudaraku...Kita dipertemukan untuk saling menguatkan dan mendukung. Kita bekerja sama dalam persaudaraan spiritual. Setiap orang pasti punya kelebihannya masing-masing sehingga kita bisa saling melengkapi demi mewujudkan kehidupan bumi yang Toto Tentrem Kerto Raharjo, Gemah Ripah Loh Jinawi. Aamiin ! (az).




Post a Comment

Lebih baru Lebih lama