SKJENIUS.COM, Jakarta.-- Saudaraku. Ada dua hal yang umumnya dicari oleh manusia dalam kehidupan ini. Yang pertama ialah kebaikan (al-khair) dan yang kedua ialah kebahagiaan (as-sa’adah). Dua hal tersebut yang harus dipenuhi oleh manusia yang menginginkan kehidupan yang sempurna dan luar biasa. Walaupun pada kenyataannya tidak ada yang sempurna dan luar biasa di dunia ini kecuali Allah SWT. Jika dua hal tersebut terpenuhi dalam setiap perjalanan hidup manusia, jelas akan membuat manusia merasakan ketentraman lahir dan batin.
Perasaan sedih maupun bahagia tak hanya dirasakan
manusia, tapi juga hal itu mewakili hidup sebuah negaranya. Itu sebabnya setiap
negara memiliki cara hidup bahagia tersendiri yang sudah menjadi budaya atau
tradisi. Standar untuk mengukur kebahagiaan sebuah negara dilakukan berdasarkan
usia harapan hidup, pendapatan per kapita, kebebasan untuk menentukan pilihan,
dukungan sosial, hingga kemurahan hati.
Karena itulah, setiap tahunnya, Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan laporan tahunan yang memberikan indikasi
bahagia atau tidaknya sebuah negara. Hal tersebut terangkum dalam World
Happiness Report. Berdasarkan World Happiness Report, Finlandia berturut-turut
menempati peringkat pertama sebagai negara yang paling bahagia di dunia untuk
ketiga kalinya dengan skor total 7.809. Sebagian besar penduduknya menikmati
kualitas hidup, keamanan dan layanan publik terbaik. Data untuk daftar tahunan
ini diambil pada 2018 dan 2019, sehingga tidak terpengaruh dengan situasi
terkini akibat penyebaran virus corona.
Seperti dalam tujuh laporan sebelumnya, negara-negara
Nordik masih mendominasi sepuluh besar, yakni Denmark, Swiss, Islandia,
Norwegia, Belanda, Swedia, selanjutnya Selandia Baru, Austria dan Luksemburg.
Sedangkan Indonesia menempati urutan ke-92 dari 159 negara di dunia yang paling
bahagia. Bahkan, kebahagiaan Indonesia masih tetap kalah dibandingkan beberapa
negara di Asia Tenggara lain, seperti Singapura menempati peringkat ke-35,
Filipina peringkat ke-69, dan Malaysia peringkat ke-80.
Tentu saja kita penasaran bagaimana cara masyarakat di
negara tersebut bisa hidup bahagia? Sekalipun Konsepsi Kebahagiaan setiap orang
tidaklah sama. Namun demikan setiap orang, kita sebagai manusia tentunya
mendambakan kebahagiaan secara utuh dalam hidup. Tidak bisa dipungkiri kebahagiaan adalah faktor
penting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia menghendaki kehidupan yang
bahagia. Tidak ada satupun manusia yang ingin hidup susah, gelisah, dan tidak
merasakan ketentraman. Akan tetapi setiap manusia memiliki prinsip dan cara
pandang yang berbeda dalam mengukur kebahagiaan. Maka, yang paling memengaruhi
seseorang dalam mengukur kebahagiaan adalah prinsip dan pandangan hidup yang
dipijakinya. Kaena itu, setiap orang harus tahu betul apakah kebahagiaan itu ?
Kebahagiaan dapat ditandai dengan adanya kondisi
psikologis yang positif didukung dengan tingkat emosi positif yang tinggi dan
tingkat emosi negatif yang rendah. Banyak cara dilakukan oleh kita untuk
mencapai sebuah kebahagiaan. Namun, kebahagiaan juga bisa bersifat sementara,
artinya kebahagiaan tersebut tidak benar-benar membuat kita bahagia atau
kebahagiaan tersebut hanya berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Hal itu
membuat kita melakukan upaya apapun untuk mencari kebahagiaan yang
sebenarnya/autentik.
Menemukan Makna
dalam Hidup
Sebagai Muslim yang Beriman dan Beraqal tentu saja kita
harus menyadari bahwa orang yang paling berbahagia adalah orang yang paham
untuk apa hidup di dunia ini. Karena itulah, pencarian makna hidup sebagai
sebuah kebutuhan dalam hidup manusia. Selama manusia dapat menemukan makna
hidupnya, ia mampu untuk terus mempertahankan eksistensinya. Makna hidup ini
dapat ditemukan dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup manusia, baik
pengalaman yang menyenangkan maupun juga yang menyedihkan.
Oleh karena itu, dalam kesempatan Stay at Home di tengah Social
Distancing saat ini, sesungguhnya kita berkesempatan menemukan makna atau arti dari setiap pengalaman yang kita alami selama ini. Makna hidup
inilah yang dapat membuat manusia bertahan dalam hidup, terutama ketika
mengalami kesulitan. Ada beragam alasan yang dapat kita temukan untuk terus
memperjuangkan hidup. Sehingga kita menemukan Makna dalam Hidup yang akan
menimbulkan rasa bahagia dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.
Sebuah studi baru menemukan korelasi antara makna
hidup dengan kesejahteraan fisik dan mental seiring bertambahnya usia.
Menurut sebuah makalah yang muncul dalam Journal of Clinical Psychiatry,
yang dilakukan oleh para peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas San Diego
California, ditemukan hubungan antara makna hidup dengan fungsi
fisik, mental, dan kognitif yang positif.
Semakin tua seseorang, kehidupan mereka akan semakin
berubah. Untuk melewati ambang ini, diperlukan rasa makna dalam hidup.
"Mereka yang
memiliki makna dalam hidup lebih bahagia dan lebih sehat daripada mereka yang
tidak memilikinya," kata penulis studi senior Dilip V. Jeste.
Karena itulah pada saat seseorang kehilangan makna
hidup yang akan terjadi adalah akan terhantam kesehatan jiwanya, dia tidak lagi
mempunyai keseimbangan hidup, hidupnya akan seperti daun yang tertiup oleh
angin.
Bagi seorang Muslim tentu dalam kehidupannya selalu
berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW agar tidak salah
dalam memaknai kehidupan ini, Al-Qur’an memberikan jawaban tentang pemaknaan
kehidupan. Lalu apa makna kehidupan menurut Al-Qur’an? Berikut ini ada 7 standar
makna kehidupan yang membuat Anda Bahagia:
1. Hidup Adalah
Ibadah
Arti hidup dalam Islam yakni ibadah. Keberadaan kita
dunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, bukan
berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam setiap
aspek kehidupan kita.
“Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku,” (QS
Adz Dzaariyaat : 56).
2. Tugas Manusia
Sebagai Khalifah di Bumi.
Di antara dua peran penting manusia adalah sebagai hamba
dan khalifah.
Sebagai hamba Allah, posisi manusia adalah sama dengan makhluk-makhluk lain.
Hakikat penghambaan adalah ketundukan dan ketaatan total kepada Allah. Hamba
Allah yang baik senantiasa ingat bahwa ibadah secara bagus dan istiqamah itulah
tujuan penciptaan dirinya.
Selain peran sebagai hamba yang bersifat vertikal,
manusia juga mempunyai peran horizontal, yaitu sebagai khalifah Allah di muka
bumi.
Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab
pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta
memang diciptakan Allah untuk manusia. Sebagai wakil Allah manusia juga diberi
otoritas keilahiyan; menyebarkan rahmat Allah, menegakkan kebenaran, membasmi
kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati
manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah,
manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi
kehidupan di muka bumi.
3. Menggabungkan
antara Kebahagiaan Ruhani dan Jasad
Manusia terbentuk dari ruh dan jasad. Masing-masing
dari keduanya membutuhkan gizi dan nutrisi yang harus dipenuhi secara adil.
Sebagian kalangan hanya menekankan aspek ruh dan mengabaikan kebutuhan jasad.
Sebaliknya sebagian yang lain hanya menekankan pemenuhan kebutuhan jasad dan
mengabaikan kebutuhan ruhani.
Adapun petunjuk Islam memenuhi kebutuhan keduanya (ruh
dan jasad) secara adil. Ruh dipenuhi kebutuhannya dengan cahaya wahyu dari
langit dan menjaga kesehatan jasad dengan pememenuhan hajat syahwat dan syahwat
melalui cara yang halal dan thayyib. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (Surah al-Qashash :77).
4. Berjihad dan
berkorban di jalan Allah.
Allah SWT berfirman, “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi
Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”. (Qs. at-Taubah :
20)
Dalam konteks perjuangan di jalan Allah, pengorbanan
menjadi sangat penting karena memang tidak mungkin perjuangan dapat berjalan
dengan baik tanpa pengorbanan yang dilakukan oleh kaum Muslimin.
5. Memaknai
Kehidupan Dengan Gaya Hidup Islami.
Bagi umat muslim, gaya hidup setiap individu telah
diatur oleh Allah dan Rasul-Nya melalui Al Qur’an dan As Sunnah. Keduanya
adalah penuntun yang paling tepat untuk menuju ke arah jalan yang lebih lurus.
Namun, seiring perkembangan zaman sepertinya telah mengubah sebagian besar kaum
muslim dalam memahami tuntunan dalam menjalani hidup. Saat ini sebagian orang
memang bergaya hedonis, suka berfoya foya dan hanya memikirkan kepentingan
duniawi saja. Sungguh hal tersebut sangat bertentangan dengan gaya hidup
sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Dalam pandangan Islam gaya hidup dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan, pertama gaya hidup Islami dan kedua gaya hidup jahili.
Gaya hidup Islami mempunyai landasan yang mutlak dan kuat, yaitu tauhid. Inilah
gaya hidup orang beriman. Adapun gaya hidup jahili, landasannya bersifat
relatif dan rapuh penuh dengan nuansa kesyirikan, inilah gaya hidup orang
kafir. Setiap individu muslim sudah menjadi keharusan baginya untuk memilih
gaya hidup Islami dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Hal ini sejalan
dengan firman Allah SWT berikut :
“Katakanlah:
“Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu)
kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk
orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108).
6. Perjuangan
Membangun Peradaban.
Sesungguhnya Islam membawa kepada kemajuan. Sebagaimana
dulu hadir, Rasulullah SAW dalam sejarah membangun peradaban di Madinah, lalu
terus meluas ke seluruh penjuru dunia. Peradaban Islam syarat dengan kemajuan
dan kesejahteraan.
Dunia Islam saat ini mendapatkan cobaan dan tantang
yang berat dari dunia Internasional. Maka, Pemimpin Umat yang memiliki
landasan agama yang kuat dan memiliki strategi yang jitu merupakan hal yang
dibutuhkan Islam untuk mencapai peradabannya.
Oleh karena itulah, kita harus terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk membangkitkan Islam sebagai kekuatan dunia. Persatuan dan kebersamaan diantara seluruh negara-negara muslim di dunia dalam melawan doktrin-doktrin Barat yang terus bertebaran akan menghasilkan sebuah kekuatan yang luar biasa bagi kebangkitan Islam.
7. Kehidupan di
Akhirat Lebih Baik dibanding Kehidupan di Dunia
“Dijadikan indah
pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS
Ali ‘Imran:14).
“Dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).” (QS Adh Dhuha [93]:4).
Demikian beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
mencapai ketenangan dan kebahagiaan hidup. Sebagai akhir teruntai do’a kepada
Rabbul ‘Izzah,
“Allaahumma innaa
nas-alukal fauza ‘indal liqaa-i was shabra ‘indal qadhaa-i wa manaazilas
syuhadaa-i wa ‘aisyas su’adaa-i wan nashra ‘alal a’daa-i wa muraa faqatal
anbiyaa-i.”
Wahai Allah, sesungguhnya kami memohon kepada Engkau
kebahagiaan ketika berjumpa Engkau, sabar ketika menghadapi ketetapan (takdir)
Engkau, (kami juga memohon) kedudukan para syuhada, kehidupan orang-orang yang
berbahagia, pertolongan dalam melawan musuh-musuh dan ditemani para Nabi.
Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin. (az).
Posting Komentar