Cikarang, JENIUSNET.- Tidak mudah menjadi orang benar; jauh lebih mudah menjadi orang yang membenarkan diri. Menjadi orang benar berarti hidup sesuai kehendak Allah dan Rasul-Nya, sedangkan membenarkan diri adalah hidup sesuai kehendak diri sendiri. Maka, belajarlah jadi Orang Benar. Jangan sekali-kali MERASA dirinya paling benar. Sehingga Orang lain dianggap salah, sesat atau bid’ah.
Demikian disampaikan Ustadz Ujang Syadzili, S.Ag dalam Khutbah Iedul Fitri 1440 H di Masjid Baiturrahman, Cikarang, Jawa Barat. “Untuk itu, kita harus mengetahui, Apa penyebab orang lebih senang untuk membenarkan diri ? Jika demikian halnya, apakah yang harus dilakukan agar kita dapat menjadi orang yang benar ?” tambahnya.
Selanjutnya Ustadz Ujang Syadziki mengajak Umat melihat mengapa kecenderungan kita adalah membenarkan diri sendiri, antara lain disebabkan:
1. Kita adalah manusia yang tidak ingin disalahkan. Daripada disalahkan kita beralih menyalahkan lingkungan atau orang lain. Di dalam hidup begitu banyak masalah muncul gara-gara kita menolak disalahkan sewaktu memang kita selayaknya menanggung akibat itu. Begitu banyak pertikaian terjadi oleh karena kita menyalahkan orang yang tidak selayaknya menerima tanggung jawab itu.
2. Kita adalah manusia yang ingin mendapatkan pujian. Itu sebabnya kita membenarkan diri sehingga pada akhirnya kita memperoleh pujian oleh karena kita dianggap benar. Pada dasarnya kita takut mendengar hal-hal yang berisikan kritikan dan dengan cepat menyimpulkannya sebagai ketidakmengertian orang akan siapa kita. Membenarkan diri merupakan upaya untuk menangkis kritikan.
3. Kita adalah manusia yang sesungguhnya tidak mudah percaya pada niat baik orang. Itu sebabnya apa pun yang dikatakan orang, bila tidak berkenan di hati, dengan segera disimpulkannya sebagai niat buruk. Kita tidak percaya bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan di telinga keluar dari niat baik dan untuk kebaikan kita. Itu sebabnya kita membenarkan diri dan menolak komentar orang yang tidak berkenan.
Jika demikian halnya, apakah yang harus dilakukan agar kita dapat menjadi orang yang benar? Al-Qur’an mengajarkan bagaimanakah kita dapat menjadi orang yang benar. Orang benar akan bertunas seperti pohon yang baik, akan tumbuh subur seperti pohon korma di tengah padang pasir. Mukmin Ibarat Pohon Yang memberi KETEDUHAN, KESEJUKAN, bahkan KEHIDUPAN bagi Orang di sekitarnya.
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (Ibrahim: 24-25).
Setiap orang pasti senang dan terhibur melihat indahnya pemandangan pohon. Suka berteduh di bawahnya. Menikmati buah lezatnya. Memanfaatkan oksigen yang dihasilkannya dan menyerap karbon dioksida yang kita keluarkan. Bahkan memanfaatkan setiap helai daun, serabut akarnya dan kayunya untuk berbagai macam kepentingan. Pohon adalah paru-paru dunia. Itulah perumpamaan seorang muslim.
Di dalam Al-Quran atau hadits, banyak perumpamaan (matsal) untuk mendekatkan pemahaman terhadap sesuatu yang logis abstrak (ma’qul) dengan sesuatu yang bisa diindra (mahsus). Seperti halnya ayat di atas yang mengumpamakan seorang mukmin dengan pohon.
Tentang “kalimat” dalam ayat itu, para ahli tafsir memiliki dua penafsiran; sebagian menyatakan bahwa yang dimaksud adalah keimanan di dalam dada dan sebagian lagi menyatakan sebagai orang mukmin itu sendiri. Kedua pendapat ini sebenarnya bisa dikompromikan yakni seorang mukmin dengan keimanannya ibarat sebuah pohon dengan sifat-sifat yang disebutkan setelahnya.
Tentang pohon yang menjadi perumpamaan, sebagian ulama menyebutnya sebagai pohon kurma. Sebagian lagi menyatakan pohon sempurna itu hanya ada di surga.
Allah mengumpamakan seorang mukmin dengan keimanannya ibarat pohon dengan EMPAT SIFAT; pohon yang baik, akarnya kuat menghunjam ke dalam tanah, batang dan dahannya menjulang tinggi ke langit, yang memberikan buahnya setiap saat tak kenal musim. Semua itu terjadi dengan izin Allah. Perumpamaan ini dibuat oleh Allah agar manusia mengambil pelajaran. (az).
Posting Komentar