Cikarang today | I’tikaf dan Lailatul Qadar adalah solusi “Langit” bagi Umat Islam Indonesia. Ramadhan menawarkan peluang untuk suatu perubahan. Ramadhan pun memberikan peluang besar untuk berbenah diri. Allah SWT memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada kita manusia untuk meraih rahmat dan hidayah-Nya di saat ramadhan. Sehingga Manuver Politik selama Ramadhan juga bisa menjadi ibadah.
Sejarah mencatat bahwa dalam Ramadhan, selain pertama diturunkanya Al-Qur’an, juga terjadi banyak momentum politik berskala besar, tidak hanya sebatas manuver di atas meja diplomasi, tetapi politik fisik, bahkan pertumpahan darah di medan peperangan. Ramadhan memberikan peluang atas PERUBAHAN yang fundamental bagi kehidupan umat Islam secara keseluruhan, termasuk dalam politik. Peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah umat Islam terjadi di bulan Ramadhan. Perang Badar, pembebasan Makkah (Fatkhul Makkah), sebagian peristiwa pada Perang Tabuk, pembebasan Andalusia (Spanyol) oleh Thariq bin Ziyad, dan sebagainya, termasuk Perang Paderi dan proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi di bulan Ramadhan.
Bagaimana politik di Indonesia sekarang? Relevansinya dengan politik sekarang dalam konteks keutamaan puasa Ramadhan. Untuk di Indonesia, Realitas politik dewasa ini belum memenuhi harapan Umat Islam. Medan politik di Tanah Air masih jauh dari ideal bagi partai Islam. Dari pemilu ke pemilu, suara partai Islam paling tinggi hanya kisaran 10-12%. Bahkan jika digabung masih kalah jauh dari partai nasionalis.
Oleh karena itu, MOMENTUM Ramadhan dapat dijadikan sarana SILATURAHMI Nasional dalam Merawat KEBHINEKAAN. Bagi publik, dan politisi sudah seharusnya ramadan ini menjadi pembuka sekat-sekat perbedaan antarkader partai politik atau perbedaan antar umat beragama yang tergabung dalam berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas), organisasi kemanusian dan organisasi pendidikan. Perbedaan sikap dan aliran politik harus cair dalam bulan suci Ramadhan. Karena esensi Ramadhan sebagai mementum menuju kesantunan politik dapat dilihat dari kebaikan dan perilaku politisi itu sendiri.
Hanya dengan interaksi yang positif antara umat Islam dan partai politik, maka akan terbina kemajuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Partai politik perlu lebih intens mensosialisasikan cara berfikir yang konkret di tengah-tengah umat yang terbiasa berfikir abstrak, agar kepentingan golongan bawah terakomodasikan dalam semua keputusan politik. Kondisi semacam itu, jelas sangat mendukung untuk bisa meraih kesempurnaan beribadah puasa.
Apalagi, ditengah kobaran syahwat politik sebagai Elite Parpol yang ingin merebut kekuasaan, suasana Ramadhan yang penuh keberkahan tentu dapat menyejukkan. Sang aktor politisi yang amanah, jujur dan bijaksana pun, ketika sedang bermain di gelanggang, gempuran manuver lawan–lawannya, tentu tidak akan terpancing dan membuatnya mengadakan serangan balik dengan cara yang kasar. Sebab dia sedang Puasa, mengendalikan hawa nafsu.
Efek positif berpolitik saat puasa Ramadhan sudah sangat jelas. Jadi, alangkah lebih baiknya, untuk menggapai nilai autentisitas berpuasa, para politisi memanfaatkan suasana Ramadhan yang kondusif untuk menyehatkan iklim politik yang (sedang) berjalan di Indonesia. Untuk itu, alangkah indahnya jika para politisi bersama-sama masyarakat i’tikaf di Masjid. Rehat sejenak untuk bersama-sama mendekatkan diri kepada Allah Dan kembali bisa leluasa untuk berlaga di medan politik pasca Idul Fitri nanti, dengan hati dan pikiran lebih Islami untuk bekal bermanuver di lahan “perjuangannya” itu.
Dengan demikian, Ramadhan dan politik memiliki korelasi yang filosofis, karena sesunguhnya satu output-nya adalah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt. Spirit dari ketakwaan dapat diterjemahkan sebagai bagian dari bentuk kejujuran, ketulusan, rendah hati dan saling peduli (care). Spirit ini, kemudian melahirkan seseorang bertindak dan bertingkahlaku yang santun, sebagai jalan menuntun seseorang muslim untuk meningkatkan hubungan antarmanusia dan dengan Allah.
Begitu juga dengan politik, satu ouput-nya adalah melahirkan sikap yang jujur dan saling peduli. Maka jadilah puasa dan politik adalah satu jalan menuju kedamaian. Karena itu, marilah kita jadikan aktivitas politik kita selama ramadhan sebagai rangkaian IBADAH Kita Pada-Nya. Dalam wujud memperjuangkan kepentingan publik atau dalam maqashid syariah-nya disebut al- maslahath al- ammah (kepentingan publik). Semoga Dengan Berkah Ramadhan kita diberi
KEMAMPUAN oleh Allah untuk tampil memperjuangkan hak-hak rakyat secara jujur, adil dan bijaksana. Aamiin.
Penulis : KGPH Eko Gunarto Putra
http://www.indonesiatoday.co.id/opini/yuk-itikaf-ramadhan-momentum-perubahan-politik/
Posting Komentar