Surau Suluak Inyiak Cubadak Dirikan Pusdiklat Silek Minang



Kamang Mudiak. Dewan Kemakmuran Surau Suluak Inyiak Cubadak di Nagari Kamang Mudiak, Luhak Agam, Sumbar berencana mendirikan Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Silek Tuo Minangkabau bersama Perguruan Silek Harimau Putiah Tuanku Nan Renceh dan Perguruan Silek Tuanku Nan Renceh. Pusdiklat itu juga akan berperan dalam meneliti dan mengkaji serta merumuskan hal-hal yang berkaitan dengan Pelestarian dan Pengembangan Seni Tradisi warisan Leluhur Minangkabau itu.

Demikian disampaikan Ketua Dewan Pembina Surau Suluak Inyiak Cubadak, Masrul Chaniago, S.Sos Sutan Radjo Ameh kepada wartawan Surat Kabar JENIUS di Kamang Mudiak, Agam, Sumbar. “Alhamdulillah semangat para Pandeka Silek (pesilat) dan Tuo Silek (Guru dan Sesepuh Silek) Minangkabau, khususnya di Luhak Agam demikian bergairah. Namun demikian, masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam keorganisasian dan rumusan pertandingan Silek.” imbuhnya.

Menurut Masrul Chaniago setelah beberapa kali pertemuan dengan Tuo Silek Agam dan juga berdasarkan diskusi dan arahan dari Guru Besar atau Tuo Silek, Sabrul Jamil Dtk.Kayo dari PS. Tuanku Nan Renceh dan Jaswir Sutan Rajo Mantari dari PS Harimau Putiah Tuanku Nan Renceh, terdapat beberapa yang perlu dimusyawarahkan lebih mendalam antara para Tuo Silek, Pandeka Silek dan masyarakat yang peduli Silek dalam hal, masih belum ada kesepahaman dan kesepakan antara para Tuo Silek dengan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), terutama dalam hal : Silek sebagai Seni Tradisi, Silek sebagai alat Bela Diri, Silek sebagai Olahraga, Silek sebagai Olahraga  yang dipertandingkan untuk meraih prestasi dan Silek sebagai media  seni pertunjukan dan wisata.

Pada dasarnya para Tuo Silek menerima keberadaan keberadaan IPSI, karena selama ini tidak ada wadah yang menaungi silek tradisi. Namun ketika berbicara Silek sebagai olahraga yang dipertandingkan, nampaknya harus jelas duduk masalahnya. Pasalnya, masih banyak diantara Tuo Silek yang keberatan jika Silek Minang, khususnya Silek Tuo dipertandingkan.

“Dalam pandangan sebagian Tuo Silek, perkembangan Silek Minang tidak bisa dilepaskan dari Filosofi Adat dan Budaya Minangkabau itu sendiri. Artinya, Silek bukan sekedar olahraga atau beladiri semata, melainkan sebuah pembinaan yang diberikan kepada anak-kemenakan kita untuk melindungi diri sendiri serta orang lain.” kata Masrul Chaniago .

Selain itu, kata Sutan Radjo Ameh, para Tuo Silek juga berpesan kepada seluruh pembina atau pengurus serta pelatih dalam pengajaran Silek Tuo agar tidak sekadar memberikan pengetahuan bela diri saja, tetapi harus disisipkan religius, adat dan budayanya. Di samping tangkas dalam BASILEK, generasi muda Minangkabau juga harus pintar dalam hal MENGAJI, PASAMBAHAN, PIDATO dan Adat Istiadat Minangkabau. “Dalam kaitan itulah, perlu didirikan Pusdiklat sebagai lembaga kajian dan penelitian, sekaligus memberikan Pendidikan dan Latihan Silek kepada masyarakat, khususnya anak kemenakan, generasi muda Minangkabau,” katanya.

Sutan Radjo Ameh menambahkan, diharapkan dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti ini menjadi bagian pembinaan anak-anak muda Minangkabau, terutama Luhak Agam, khususnya anak Nagari Kamang Mudiak. Anak-anak muda perlu kita persiapkan fasilitas untuk bisa mengekspresikan bakatnya baik dari seni bela diri maupun seni budaya yang lainnya, dan juga tempat bermain anak-anak muda kita. Kami akan manfaatkan lahan halaman surau dan meminta ijin  penggunaan lahan sekitar surau kepada Niniek Mamak untuk Sasaran Silek, dan Arena pertunjukan Silek.

“Inilah tekad dan komitmen kami yang didukung oleh seluruh stakeholder masyarakat. Mudah-mudahan kolaborasi antara Tuo Tuo Silek, Pandeka silek, akademisi, pebisnis, coorporate, government, dan community yang ada di Luhak Agam ini dapat saling membahu dalam melestarikan dan mengembangkan serta mengemas Silek sebagai BASIC pengembangan ekonomi kreatif masyarakat, khususnya di Nagari Kamang Mudiak ini,” pungkas Sutan Radjo Ameh. (az)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama